Menu

Mode Gelap

Peristiwa · 6 Sep 2021 11:00 WIB

Aktivitas Penambangan Batubara Diduga Penyebab Banjir


 Aktivitas Penambangan Batubara Diduga Penyebab Banjir Perbesar

Pernah Dilaporkan Namun Terhenti

okeborneo.com, SAMARINDA-Banjir yang melanda kawasan Samarinda Utara pada Jumat (3/9/2021) diduga dampak dari adanya aktivitas penambangan pada kawasan tersebut.

Hal ini diperkuat dengan adanya batubara yang ikut terbawa banjir di kawasan Muang Dalam, Kelurahan Lempake ditemukan berada di RT 33 tepatnya di perkarangan dan kebun warga.

Camat Samarinda Utara Syamsu Alam mengatakan jika telah mengetahui adanya pertambangan tersebut. Bahkan menurutnya pengerukan tersebut telah berjalan sejak lima tahun lalu.

Namun, memang selama ini dirinya tak mendapatkan pemberitahuan resmi soal pertambangan itu.

“Itu kan koridoran, itu kesepakatan antara pemilik (konsesi) dan penambang. Itu kan pakai notaris dengan pemilik KP (konsesi pertambangan), engga ada izin atau pemberitahuan ke kami. Izinnya kan di pusat, pemetaan juga di Dinas Pertanahan,” ucapnya.

Lebih lanjut dikatakannya jika pihaknya sudah sempat mencari tahu aktivitas pertambangan tersebut, namun saat tiba pihaknya hanya mendapati lahan kosong. Bahkan sempat dirinya membuat laporan hingga ke ESDM Kaltim pada 2018 lalu. Sayangnya dirinya tak menjawab pasti.

“Pernah saya tahan (truk) di Lempake dan lapor sampai provinsi (ESDM) tapi jawabannya itu yang bisa menyetop Polda. Yah berhenti kita. Walau sudah dilakukan tapi rasanya mental juga kan ya,” pungkasnya.

Diwartakan sebelumnya, dari penelusuran okeborneo.com sepanjang tepi Jalan tepi Jalan Rejo Mulyo dan Ambalut, Muang Dalam terdapat aktivitas pertambangan. Tambang ini berada di kawasan RT 33 dan 47 Kelurahan Lempake, Samarinda Utara.

Warga yang enggan disebut namanya mengatakan jika ada empat pengelola pertambangan di kawasan Muang Dalam. Dua berada di Jalan Rejo Mulyo dan dua lagi di Jalan Ambalut telah berjalan sekitar tiga tahun terakhir ini.

“Beda orang beda bos, setiap lokasi beda-beda. Sebelumnya memang ada perusahaan besar tapi sudah pindah. Kalau ini kecil-kecilan, nggak tau juga perusahaan apa,” ucapnya.

Dijelaskannya mobilisasi batubara biasanya dilakukan pada malam hari. Melintasi Jalan Desa Budaya Pampang. “Ngangkutnya ya lewat atas (Desa Budaya Pampang). Jalan (Rejo Mulyo) ini dulu ya jalan setapak aja tapi karena tambang jadi besar. Bagus saja, tapi ya dampaknya itu (banjir). Ya ada bagus dan jeleknya lah,” jelasnya.

Warga tersebut menduga aktivitas pertambangan ini menjadi salah satu faktor penyebab banjir yang semakin parah.

“Ya air sini kan asalnya juga dari atas, salah satunya dari Tanah Datar juga baru nanti ke bendungan dan kawasan bawah lain. Ya bener aja banjir di Muang Ilir itu, asalnya dari sini juga,” jelasnya. (bdp/ob1/ef)

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

RSUD AM Parikesit Evakuasi Pasien ke Gedung Baru yang Akan Difungsikan sebagai Poliklinik

24 Oktober 2024 - 22:18 WIB

Insiden Ambruknya Atap Gedung, Direktur RSUD AM Parikesit Pastikan Pasien Dievakuasi dalam Kondisi Aman

24 Oktober 2024 - 18:53 WIB

Plafon Gedung RSUD AM Parikesit Ambruk Akibat Angin Deras

24 Oktober 2024 - 17:47 WIB

Kemacetan Panjang di Jembatan Kartanegara, Akses ke RSUD AM Parikesit Tersendat

21 September 2024 - 15:46 WIB

Kerusakan Jalan Dusun Margasari Kian Parah Sebabkan Akses Air Bersih Terputus, Warga Terpaksa Gunakan Air Sungai

20 September 2024 - 15:01 WIB

Tingkatkan Kapasitas Bagi Sineas Kalimantan Timur, Hetifah Gandeng Sinematografer dan Produser Kawakan Indonesia

24 Juli 2023 - 19:19 WIB

Trending di Ekonomi