okeborneo.com, JAKARTA – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang dilaksanakan sejak September memberikan hasil yang beragam di setiap daerah dan sekolah. Berdasarkan data https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/kesiapanbelajar/dashboard#pbm pada tanggal 14 Oktober 2021, tercatat baru setengah (59.70%) dari total 537.481 sekolah se Indonesia yang melapor terkait kesiapan mereka dalam melakukan PTM di masa pandemi. Dari sekolah yang merespon tersebut, 45.01% diantaranya siap dan telah melaksanakan PTM, sedangkan 54.99% sisanya masih Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kurangnya respon sekolah tentu disesalkan karena tanpa data yang lengkap dan akurat, evaluasi dan penyusunan kebijakan tidak dapat berjalan dengan optimal.
Dalam masa reses, Hetifah Sjaifudian Wakil Ketua Komisi X DPR RI tunjukkan perhatiannya terhadap PTM dengan serap aspirasi para pemangku kepentingan pendidikan di Kalimantan Timur. Menurut Hetifah, selaku pelaksana serta pelaku kebijakan yang merasakan langsung di lapangan, Pemerintah Daerah maupun Guru pasti memiliki evaluasi serta masukan yang bermanfaat bagi kebijakan pusat.
Menjawab pertanyaan Hetifah, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Penajam Paser Utara (PPU), Alimuddinmenyebutkan bahwa PTM di PPU dapat dijalankan dengan lancar dengan peran serta berbagai pihak. “Alhamdulillah lancar jaya. Teori baru saya, dengan PTM kita disiplin. Karena desa dan lurah saya libatkan, saya minta mereka paksa warga disiplin protokol kesehatan kalau mau anaknya sekolah,” ujarnya.
Respon serupa juga disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Balikpapan, Muhaimin dan Kepala Dinas Pendidikan Samarinda, Asli Nuryadin. “Alhamdulillah lancar, Bu. Sudah 136 sekolah yang PTM di Samarinda,” ucapnya.
Misria Diana Guru SMP 08 Balikpapan juga sampaikan manfaatnya PTM di sekolahnya. “PTM sangat diperlukan oleh guru dan siswa, agar anak dapat berinteraksi dengan guru dan teman-temannya. Guru juga lebih mudah menjelaskan terutama bila menggunakan papan tulis, seperti menggambar grafik, dan membuat lingkaran dengan jangka,”paparnya.
Akan tetapi, adaptasi masih diperlukan. Hal ini disampaikan oleh Maya Rosita Kepala Sekolah SDN 015 Balikpapan Tengah. “Guru masih terforsir dengan 2 sesi, karena harus memberikan materi 2 jam di PTM dan 2 jam lagi di PJJ. Kami sudah coba melaksanakan memberi materi daring dan luring secara bersamaan, namun ternyata sulit mengkondisikan siswa,” ucapnya.
Tanggapi hal tersebut, Hetifah apresiasi kerja keras Dinas Pendidikan dan warga sekolah. “Bangga dan bersyukur mendengar laporan dari Disdik, Kepsek, dan Guru. Semoga menjadi motivasi bagi sekolah-sekolah lain bahwa PTM dapat dilaksanakan dengan baik, asal semua berkolaborasi,” ujar Hetifah.
Terakhir, Hetifah ingatkan untuk tidak lengah terhadap protokol kesehatan. “Saya harap guru dan orang tua dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anak dalam menjaga protokol kesehatan. Tetap gunakan masker, jaga jarak, dan sering mencuci tangan. Jangan sampai PTM menjadi cluster baru Covid-19 di kemudian hari,”pungkas legislator dapil Kaltim tersebut. (bdp/ob1/ef)