okeborneo.com, KUTAI KARTANEGARA- Menjelang datangnya Bulan Ramadhan. Warga asal Desa Jantur, Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mempunyai tradisi tersendiri dalam menandakan waktu berbuka puasa, yakni menggunakan sejenis meriam tanpa peluru berbahan batang pohon yang dinamai warga setempat laduman.
Kepala Desa Jantur, Abdul Aziz menceritakan asal mula digunakan laduman ini pada tahun 1950 silam dimasa Muhammad Samran selaku Kades pada saat itu. Aziz mengatakan bahwa laduman ini hanya digunakan di Desa Jantur.
Aziz menyebutkan proses pembuatan laduman ini berasal dari bantuan partisipasi warga sekitar untuk menyemarakkan datangnya bulan suci Ramadan. Ada 2 laduman yang digunakan, masing-masing dihadapkan secara berlawanan ke arah hulu dan hilir. Nantinya akan dibunyikan selama dua kali pada saat waktu berbuka puasa.
“Laduman dinyalakan pada saat waktu berbuka puasa saja, untuk proses pembuatan laduman warga melakukannya dengan gotong royong,” ucapnya.
Sementara itu, menurut salah satu Ustadz di Desa Jantur, Muh Riyadi menyebut bahwa tradisi ini telah berumur 72 tahun ini pertama direncanakan seseorang bernama Alm. Imam Yahya yang berawal karena minimnya teknologi penanda waktu berbuka.
“Dahulu terbatas dengan melihat jam saja, setelah itu warga sekitar berinisiatif mencoba membuat Laduman sebagai penanda waktu berbuka puasa telah tiba,” jelasnya.
Riyadi menyebutkan untuk jangka ketahanannya laduman jika tidak pecah dapat bertahan sampai akhir Ramadan. Jadwal penabuh sendiri biasanya bersiap 5 menit sebelum ditembakkan saat adzan Maghrib. (atr/ob1/ef)