okeborneo.com,KUTAI KARTANEGARA — Jumat malam (11/4/2025), suasana di lapangan bola Desa Jembayan terasa berbeda. Sebuah panggung berdiri lengkap dengan sorotan lampu dan sistem suara, menjadi pusat perhatian warga yang datang dari berbagai sudut desa untuk menghadiri kampanye pasangan calon nomor urut satu, Aulia Rachman Basri dan Rendi Solihin.
Rendi Solihin, calon wakil bupati, hadir langsung menyapa masyarakat yang sudah menunggu sejak petang. Dalam sambutannya, ia membuka dengan pernyataan yang tak biasa untuk sebuah kampanye.
“Seharusnya malam ini bukan kampanye, tapi syukuran,” katanya disambut tepuk tangan warga. “Karena pada 27 November 2024 lalu, lebih dari 259 ribu warga Kukar, termasuk 2.000 lebih dari Desa Jembayan, sudah memberi kepercayaan kepada Edi–Rendi. Tapi Tuhan punya rencana lain.”
Rendi menjelaskan bahwa pasangan Edi–Rendi harus mengikuti putusan Mahkamah Konstitusi untuk pemilihan ulang, dan kini ia maju bersama Aulia Rachman Basri sebagai calon bupati-wakil bupati dengan nomor urut satu. Ia menyebut bahwa semua program Kukar Idaman yang dirancang sebelumnya tidak dibatalkan, melainkan tertunda.
“Pelayanan kesehatan gratis cukup dengan KTP, beasiswa satu keluarga satu sarjana, peningkatan dana RT, hingga perlengkapan sekolah gratis semuanya hanya tertunda, bukan dibatalkan. Insya Allah kami laksanakan tahun depan,” ucapnya meyakinkan.
Kampanye malam itu juga menghadirkan hiburan rakyat. Beberapa artis dari Ibu Kota tampil di panggung, membawakan lagu-lagu yang membuat warga bergoyang dan bernyanyi bersama. Musik menjadi jeda dari keseriusan politik, dan memberi ruang bagi keakraban yang lebih hangat antara warga dan pemimpinnya.
“Yang penting dia pernah kerja, sudah tahu medan. Bukan baru mulai belajar,” kata Yusuf, warga yang mengikuti acara dari awal hingga selesai.
Menjelang akhir, Rendi kembali mengajak masyarakat untuk hadir di TPS pada 19 April mendatang. “Pastikan pilihan kita nomor urut satu. Lanjutkan Kukar Idaman, bukan mulai dari awal,” ujarnya.
Malam pun berakhir, panggung mulai sunyi, namun janji-janji yang disampaikan malam itu tetap tertanam di benak mereka yang hadir bukan karena gemerlap lampu, tapi karena keyakinan yang tumbuh dari pengalaman.