okeborneo.com, KUTAI KARTANEGARA – Seluruh kawasan di Kalimantan Timur (Kaltim) tengah dilanda musim kemarau yang panjang. Hal ini disebabkan oleh fenomena el nino dan Indian Oceanapia Dipole (IOD). Berdasarkan keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) perubahan iklim diprediksi akan berakhir mendekati akhir tahun 2023.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) telah melakukan pendataan dan monitoring dibeberapa wilayah di Kukar.
Kepala Distanak Kukar, Muhammad Taufik mengatakan sudah ada beberapa desa yang melapor kepada Pemkab akibat musim kemarau. Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa petani mengaku kesulitan air yang disebabkan oleh kemarau berkepanjangan.
“Kami sudah upayakan sosialisasi bahwa ada program asuransi usaha tani. Ini dinilai dapat menjawab jikalau terjadi gagal panen sehingga dapat diupayakan mendapatkan kompensasi, ” ucap Taufik, Kamis (10/9/2023).
Hingga saat ini, Distanak Kukar telah melakukan proses pendataan ulang agar mengetahui seberapa banyak petani yang belum memiliki asuransi. Diikuti dengan mengimbau kepada kelompok tani agar menyediakan kolam-kolam kecil yang dapat dijadikan sumber alternatif untuk pengairan sawah maupun yang lainnya.
Dalam hal ini, Taufik memprediksi bakal ada 18 hektare lahan pertanian yang terancam gagal panen.
Taufik memperkirakan akan ada seluas 18 ribu hektare lahan pertanian, khususnya padi yang terancam gagal panen. Dikarenakan masa pertumbuhan yang tengah berlangsung. Dirinya pun khawatir dengan adanya musim kemarau yang panjang dapat mempengaruhi harga Bapokting di Kukar.
“Berpotensi menyebabkan inflasi. Maka dari itu kami meminta petani untuk dapat melakukan statitiska supaya bisa meminimalisir kekeringan. Khususnya di kawasan pedalaman yang berpotensi mengalami kesulitan pasokan pangan, ” pungkasnya. (atr)