Menu

Mode Gelap

Pemkab Kutai Kartanegara · 13 Apr 2023 15:13 WIB

Desa Prangat Baru Kembangkan Jenis Kopi Varietas Liberika Hingga Dilirik Para Pencinta Kopi Asal Bali


 Bupati Kukar bersama Kades Prangat Baru Fitriati saat memantau kawasan penanaman biji kopi Perbesar

Bupati Kukar bersama Kades Prangat Baru Fitriati saat memantau kawasan penanaman biji kopi

okeborneo.com, KUTAI KARTANEGARA – Potensi desa kopi sangat besar terutama di Indonesia, yang terkenal sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia. Salah satunya Desa Prangat Baru, Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Yang menjadi penyuplai biji kopi berkualitas untuk kawasan Kukar.

Diketahui, para petani tersebut telah bergelut dengan tanaman kopi sejak tahun 1997 silam. Didukung dengan kondisi alam yang cocok untuk ditanam kopi. seperti cuaca yang tropis, curah hujan yang cukup tinggi, serta kondisi tanah yang subur. Sehingga dapat menciptakan kualitas kopi yang baik.

Kades Perangat Baru, Fitriati, mengatakan, potensi kopi itu muncul di tahun 2020 sejak ada kunjungan Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) untuk melakukan panen perdana kebun karet yang memiliki lahan seluas 14 hektare.

“Saat kopi itu disuguhkan kepada para tamu dan ternyata kopi itu memiliki rasa yang berbeda. Kemudian dilakukan penelitian dan ternyata itu merupakan varietas Liberika, tidak sama dengan umumnya, ” ujar Fitri.

Seiring berjalannya waktu, karena ini merupakan kopi luwak. Pihak Desa melihat ini sebagai potensi ekonomi, setelah diamati dengan baik harga kopi luwak di tahun 2020 itu mencapai 3,5 juta untuk satu kilogram.

“Jelas dengan harga yang tinggi bisa meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan petani kita. Dan pengembangan kopi ini telah menjadi program khusus andalan Pemdes, ” ucapnya.

Untuk saat ini jumlah petani kopi aktif yang ada di Desa Prangat Baru berjumlah kurang lebih 50 petani. Dengan musim panen selama dua kali dalam setahun, untuk satu pohonnya itu bisa menghasilkan 1 kilogram biji kopi perharinya.

“Kami telah berencana melakukan pengembangan seluas 60 hektare dari kelompok tani tetapi sampai saat ini baru berjalan 25 hektare, untuk pasarnya pun sudah tersedia ,”sebutnya.

Calon pembeli itu pun berasal dari berbagai daerah. Salah satunya dari Bali, mereka telah siap untuk kembali akan tetapi para petani belum dapat memenuhi kebutuhan para pembeli sebab masih terbatas jumlah produksinya karena dari lahan yang sudah ada hanya dua hektare yang baru dimaksimalkan.

“Jadi pasarnya skala lokal aja sekarang, malah banyak peminatnya . Juga ada beberapa varian, bukan cuma kopi luwak tapi ada kopi Pulwos, Natural dan Red Honey yang dibanderol sekilonya 750 ribu dengan proses permentasi kafein menjadi 0,2, dan ini masih aman bagi orang penderita penyakit lambung yang ingin mengkonsumsi kopi, “pungkasnya.(adv/diskominfo/atr/ob1/ef)

Artikel ini telah dibaca 39 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Rendi Solihin Jawab Keresahan Vendor Lokal: Diprioritaskan Jika Mampu

27 November 2023 - 19:55 WIB

Kominfo Kukar Ikuti Bimtek SAKIP Tahun 2023

13 Oktober 2023 - 14:50 WIB

Jadi Mitra IKN, Loa Kulu Terus Berbenah Hingga Kolaborasi Bersama Badan Otorita IKN

13 Oktober 2023 - 14:48 WIB

Pemdes Tuana Tuha Bakal Laksanakan Turnamen Sepak Bola

12 Oktober 2023 - 16:07 WIB

Kelurahan Baru Bekali Tim Balakarcana Dengan Pelatihan Medical First Respon

12 Oktober 2023 - 15:37 WIB

Terkendala Air Bersih, Pemdes Saliki Berikan Tandon Air Kepada Warga Untuk Tampung Air

12 Oktober 2023 - 14:47 WIB

Trending di Advertorial