okeborneo.com, KUTAI KARTANEGARA – Di balik keberhasilan Bank Sampah Al Hidayah Maluhu, ada semangat konsistensi yang terus dijaga. Ketua Bank Sampah Al Hidayah, Sugiarto, menegaskan bahwa keberlangsungan sebuah bank sampah tidak ditentukan oleh fasilitas semata, melainkan oleh ketekunan pengurusnya dalam melakukan sosialisasi.
“Jangan pernah bosan sosialisasi ke masyarakat. Itu yang paling penting,” ucap Sugiarto, Sabtu (27/9/2025). Menurutnya, kesadaran warga untuk memilah dan mengolah sampah sejak dari rumah hanya bisa tumbuh jika pengurus sabar memberi pemahaman berulang kali.
Ia mengakui, menjadi pengurus bank sampah bukan pekerjaan mudah. Selain butuh tenaga ekstra, mental pun harus kuat. Sugiarto bahkan menyebut pengurus harus sedikit “gila” karena melakukan hal yang dianggap aneh oleh sebagian orang. “Saat orang membuang, kita justru mengambil, memilah, dan mengolah sampai jadi barang berharga,” ujarnya.
Pola pikir yang berbeda itulah, lanjut Sugiarto, yang membuat pengurus bank sampah harus konsisten dan tidak mudah menyerah. Hasil dari kerja keras itu memang tidak instan, namun akan terlihat dalam jangka panjang: lingkungan yang lebih bersih dan sampah yang mampu diubah menjadi produk bernilai ekonomi.
Bank Sampah Al Hidayah sendiri menjadi contoh bahwa konsistensi mampu menghasilkan inovasi. Mereka mengolah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi, menggandeng sekolah untuk mengurangi plastik sekali pakai, serta rutin mengedukasi anak-anak setiap akhir pekan. Semua itu, menurut Sugiarto, berawal dari tekad sederhana untuk menjaga lingkungan dan memberi manfaat sosial.
Ia pun mengajak kelompok bank sampah lain di Kutai Kartanegara agar tidak sekadar menunggu hasil, melainkan fokus pada proses. “Kalau konsisten, hasil akan datang dengan sendirinya. Yang penting jangan berhenti bergerak,” pungkasnya. (adv/dlhkkukar/atr)








