Menu

Mode Gelap

Advertorial · 11 Sep 2025 16:59 WIB

DLHK Kukar Catat Potensi Erosi 2,9 Juta Ton per Tahun di Lahan Sawit


 Suasana pembahasan dokumen AMDAL perkebunan sawit bersama DLHK Kukar, menyoroti aspek topografi, tanah, hingga kualitas air. (Angga/okeborneo.com) Perbesar

Suasana pembahasan dokumen AMDAL perkebunan sawit bersama DLHK Kukar, menyoroti aspek topografi, tanah, hingga kualitas air. (Angga/okeborneo.com)

okeborneo.com, KUTAI KARTANEGARA – Lereng curam, potensi erosi jutaan ton per tahun, hingga kualitas air yang tak memenuhi baku mutu menjadi catatan penting dari kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) salah satu perusahaan sawit di Kutai Kartanegara. Hasil paparan ini disampaikan tim penyusun AMDAL Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kukar dalam rapat pembahasan, Kamis (11/9/2025).

Ketua tim penyusun, Muhammad Yahya, menjelaskan bahwa topografi lahan yang dikaji mencakup enam kelas lereng. Luasan paling datar, dengan kemiringan 0–8 persen, mencapai 229,64 hektare, sementara lereng sangat curam di atas 45 persen tercatat seluas 59,85 hektare. “Keragaman bentang lahan ini tentu menimbulkan tantangan tersendiri bagi rencana pengelolaan,” ujarnya.

Dari sisi geologi, kawasan konsesi didominasi tiga formasi besar. Formasi Pamaluan tercatat 33,46 hektare, Formasi Balikpapan 23,35 hektare, dan Formasi Pulau Balang yang terluas, mencapai 1.549 hektare. Sejumlah formasi tersebut bahkan diyakini menyimpan potensi hidrokarbon di Cekungan Kutai.

Analisis tanah menunjukkan jenis utama berupa gleisol, kambisol, nitosol, dan pedsolik. Laju permeabilitas tanah berkisar 3,99–13,51 sentimeter per jam, dikategorikan agak cepat. Tingkat bahaya erosi bervariasi, dari sedang hingga berat, dengan Subdas Giri Agung menjadi penyumbang sedimen terbesar sekitar 2,9 juta ton per tahun.

Kondisi hidrologi juga memperlihatkan debit air yang berbeda di tiap subdaerah aliran sungai (Subdas). Subdas Giri Agung mencatat debit tertinggi mencapai 103.738,83 meter kubik per jam, sementara Subdas Desa Separi hanya 23.262,59 meter kubik per jam.

Sementara itu, kualitas air permukaan masih menyisakan masalah. Dua parameter dinyatakan tidak memenuhi baku mutu, yaitu Wama dan Total Suspended Solid (TSS). “Aspek ini akan menjadi perhatian serius dalam rekomendasi pengelolaan lingkungan,” kata Yahya.

DLHK Kukar menegaskan, seluruh temuan dalam kajian ini bukan hanya data teknis, melainkan pijakan penting bagi pengambilan keputusan. Tujuannya menjaga keseimbangan antara kepentingan investasi dan kelestarian lingkungan. (adv/dlhkkukar/atr)

Artikel ini telah dibaca 4 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

17 Desa di Kukar Masuk Kategori Rentan Pangan, Pemerintah Lakukan Pemetaan

12 November 2025 - 16:27 WIB

Rentan pangan

UPTD Laboratorium DLHK Kukar Kekurangan SDM, Tetap Jadi Rujukan di Kaltim

12 November 2025 - 00:24 WIB

UPTD Laboratorium DLHK Kukar

DLHK Kukar Atur Jam Buang Sampah untuk Wujudkan Lingkungan Bersih

12 November 2025 - 00:10 WIB

jam buang sampah

Laboratorium DLHK Kukar Raih Akreditasi Nasional untuk Pengujian Air, Satu-satunya di Kaltim

12 November 2025 - 00:07 WIB

Laboratorium DLHK Kukar

Dari Tata Naskah hingga Digitalisasi, Subbag Umum DLHK Kukar Jadi Penopang Operasional

12 November 2025 - 00:05 WIB

Subbag Umum DLHK Kukar

Laboratorium DLHK Kukar Mantapkan Peran sebagai Penjaga Kualitas Lingkungan

12 November 2025 - 00:03 WIB

Laboratorium DLHK Kukar
Trending di Advertorial