okeborneo.com, SAMARINDA – World Economic Forum (WEF) memprediksi pada 2050 mendatang, jumlah plastik di lautan akan lebih banyak dibanding ikan. Hampir semua orang di dunia menggunakan plastik tiap harinya, dan lebih dari seperempatnya digunakan untuk kemasan. Saat ini diperkirakan terdapat 150 juta ton plastik di seluruh lautan. Bila ini dibiarkan diperkirakan akan ada satu ton plastik setiap tiga ton ikan pada 2025, dan akan lebih banyak sampah dibandingkan ikan pada 2050.
Hal ini diungkapkan oleh Sukapti, inisiator sekaligus Ketua Program Pengurangan Sampah Plastik (Gerustik), bahwa dampak dari plastik dan sampah plastik dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, dari proses produksi plastik mengeluarkan bahan kimia berbahaya, plastik tidak bisa terurai (sampai 2000 tahun), menumpuknya plastik dalam jumlah besar menyumbat drainase dan selokan, memenuhi sungai dan lautan. “Kemasan makanan dan minuman dari plastik mengandung bahan kimia berbahaya, bahkan bahan plastik diambil dari minyak bumi menyebabkan eksploitasi besar besaran terhadap sumber daya alam, mengkonsumsi banyak air waktu pembuatan, serta pembuatan dan pembakaran plastik menghasilkan jutaan ton CO2 setiap tahun, bahan kimia plastik meracuni air tanah,” ucapnya, Senin (25/10/2021).
Gerakan Pengurangan Sampah Plastik (Gerustik) bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan perlunya mengurangi penggunaan plastik. Dimulai dari tidak berbelanja menggunakan tas plastik yang sekali pakai atau cepat rusak. ” Sekaligus mengajak berbelanja menggunakan tas produk UMKM yang ramah lingkungan yang bisa digunakan berulang kali saat belanja,” tambahnya.
Pihaknya juga telah melakukan penelitian perilaku masyarakat Kaltim terhadap perilaku menggunakan kantong plastik dengan 1.126 responden, hasil survey menunjukkan konsumsi kantong pastik tinggi dengan 66% (744 orang) pembelanja membawa pulang kantong setiap belanja, perkiraan jumlah moderat sekitar 1.562 kantong.
Program ini adalah program semua, tidak hanya kami tapi melibatkan semua elemen masyarakat (stakeholder), baik Pemerintah, Perguruan Tinggi, Perusahaan, Organisasi Masyarakat, Tokoh Agama hingga media diharapkan bisa berpartisipasi. Saat ini pihaknya sudah mendapat 1.000 Tas Gerustik dan 1.000 lagi masih dalam proses produksi.
Tas Gerustik ini diproduksi oleh KSM Anggrek yang merupakan Usaha Mikro pemberdayaan PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) dan Kerjasama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi (Disperindagkop UKM) Kalimantan Timur (Kaltim), serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman (Fisip Unmul).
“Laporan dari tim lapangan bahwa masyarakat telah mulai menggunakan tas Gerustik untuk berbelanja, saat ini, kami akan terus mendistribusikan ke kabupaten/kota di Kaltim, Kamis ini melalui Disperindagkop UKM Provinsi Kaltim akan kami distribusikan di Kabupaten Berau dan sabtu ini di Kabupaten Kutai Timur, dan lanjut daerah lainnya,” jelasnya.
Program ini merupakan program pembangunan sosial yang telah lama kita kerjakan dimulai melalui sekolah SKM yaitu pendidikan kesadaran pembersihan dari sampah plastik di sungai Karang Mumus, penelitian, sosialisasi di sekolah hingga menggunakan produk tas UMKM yang telah uji ramah lingkungan, uji kekuatan serta dapat digunakan berulang-ulang.
Diharapkan program ini terus berlanjut baik ranah masyarakat, ranah kebijakan, terwujud kesadaran kolektif, sehingga pencemaran lingkungan berkurang serta memiliki nilai tambah secara ekonomi. Bukan hanya KSM Anggrek saja, produk tas ataupun inovasi produk penggunaan bahan bekas dari plastik didorong untuk diproduksi oleh UMKM lokal lainnya, tidak hanya dari PT. KNI, namun juga perusahaan lainnya.(*/ob1/ef)