okeborneo.com, KUTAI KARTANEGARA – Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kutai Kartanegara (Kukar) mengikuti serangkaian kegiatan apel siaga Tim Pendamping Keluarga (TPK) bergerak secara virtual, bertempat di ruangan serbaguna kantor Bupati. Dalam kegiatan tersebut, turut hadir Wakil Bupati Kukar Rendi Sholihin beserta jajaran forkopimda.
Kegiatan apel siaga hari ini serentak dilakukan di Indonesia, yang di ikuti TPK se-Indonesia. Untuk Kukar, tim pendamping keluarga berjumlah 447 tim dengan jumlah personel 1431 orang yang sudah terbentuk sejak Oktober 2021, satu tim TPK terdiri dari tiga orang, satu bidan, satu PKK dan satu dari kader KB.
Kepala Dinas DP2KB, Adinur menyebutkan, angka stunting di wilayah Kukar menurut data dari data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) sekitar 26 % artinya masih tinggi. Dikatakan Adinur, kalau 25 % , artinya setiap kelahiran 100 bayi ada 25 orang yang kemungkinan rentan stunting, itu cukup banyak.
“Nantinya sebanyak 447 Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang akan turun langsung ke lapangan secara masif, kita yakin angka stunting di Kukar bisa kita turunkan , ” ujarnya, Kamis (12/5/2022).
Adinur mengatakan, Presiden Joko Widodo meminta kepada Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)RI sebagai ketua pencegahan stunting RI, pada tahun 2024 di akhir masa pemerintahan Presiden Jokowi, angka stunting di Indonesia harus turun 14 %.
“Sekarang angka stunting Indonesia masih tinggi sekitar 26 % artinya setiap 4 kelahiran ada satu yang rentan stunting, ” terangnya.
Saat ini, pihaknya masih berusaha menurunkan angka stunting, Adinur meminta media ikut berperan dalam membantu memberikan informasi terkait stunting. Karena, harapannya seratus tahun Indonesia merdeka kualitas penduduk Indonesia sudah lebih baik.
“Sekarang kita bersaing dengan tetangga kita seperti Malaysian dan Singapura, kita juga masih kalah kualitas karena memang ternyata Stunting mempengaruhi pola dan daya pikir anak-anak, ” ujarnya.
Kemudian juga mempengaruhi kesehatan apabila sudah dewasa atau tua nantinya, menurut survei BKKBN RI akan membebani pengeluaran APBN negara, Karena untuk menekan stunting ini membutuhkan biaya yang sangat besar.
“Apabila itu semua tercapai, anak-anak yang berkualitas itu akan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru. Sehingga, Indonesia nanti perekonomian akan bisa maju, itu harapanya kita bersama, ” tutupnya. (atr/ob1/ef)