okeborneo.com, SAMARINDA – Dalam melindungi kebudayaan daerah di tengah moderenisasi serta masuknya budaya-budaya dari luar, Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menggelar sosialisasi pelindungan warisan budaya, bertema Sinergi Program Pelindungan Kebudayaan “Ekosistem Kebudayaan, Memajukan Bangsa”.Samarinda, Kamis (26/09/24) pagi,
Kegiatan diselenggarakan di Swiss-Belhotel Borneo yang dihadiri oleh Ditjebud Kemendikbudristek, Disdikbud Kalimantan Timur (Kaltim), Disdibud Samarinda, Dispar Samarinda, dan sejumlah perguruan tinggi.
Hetifah Sjaifudian mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah, khususnya dalam upaya memajukan kebudayaan terkhusus di Kaltim yang saat ini pusat peradaban.
“Kami juga mendengar ada upaya dan terus selalu dikembangkan, khususnya pelindungan kebudayaan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hetifah menyebut dengan adanya ruang publik menjadi salah satu wadah untuk masyarakat dalam melestarikan kebudayaan itu sendiri. Mengingat keterbukaan informasi yang mudah diakses, sehingga munculnya alkuturasi budaya.
“Jangan sampai jadi ibu kota adanya alkulturasi, malah kebudayaan kita sendiri tergerus. Justru kita tidak ragu-ragu lagi untuk menunjukkan kebudayaan lokal kita kepada masyarakat secara luas,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Pelindungan Kebudayaan Ditjenbud Kemendikbudristek, Judi Wahjudi menjelaskan secara undang-undang dasar kebudayaan berbasis dari partisipasi. Sehingga dari semua sektor dan elemen masyarakat turut ikut andil.
“Karena itu milik semua, pemerintah sebagai fasilitator. Karena komponen kebudayaan itu sangat luas, mudah-mudahan dengan kegiatan ini bisa mengidentifikasi ekosistem yang ada,” jelasnya.
Dengan begitu permasalahan kebudayaan tidak saja menjadi tanggung jawab di bidang kebudayaan itu sendiri, tetapi tanggung jawab seluruh instansi maupun lembaga.
“Pelan-pelan merubah mindset, kebudayaan itu milik masyarakat program yang tersebar dari opd-opd. Insyallah anggaran, wadah dan lainnya dapat dilaksanakan. Karena sifatnya gotong royong itu rohnya bangsa kita,” harapnya.
Senada dengan Judi Wahyudi, Kabid Kebudayaan Disdikbud Samarinda, Barlin Hadi Kusuma mengatakan pihaknya pada saat ini telah mencatat lebih dari 200 lembaga adat di Kota Samarinda yang terdiri dari berbagai macam suku.
Pihaknya juga siap menyiapkan sejumlah fasilitas seperti ruang publik, festival dan acara lainnya untuk dapat melestarikan warisan budaya itu sendiri.
“Karena Samarinda visinya menjadi kota pusat perdaban, ini salah satunya. Melibatkan semuanya, tidak hanya dibidang infrastruktur saja, tetapi bagaimana semua masyrakat bisa ikut terlibat serta berpartisipasi,” tutupnya. (pep/ob1/ef)