okeborneo.com, KUTAI KARTANEGARA — Desa Kerta Buana terus menegaskan posisinya sebagai desa pertanian yang adaptif dan inovatif. Dengan jumlah kelompok tani yang mencapai 23 unit aktif, desa ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam pengembangan sektor pertanian berbasis potensi lokal dan kolaborasi antarwarga.
Dari total kelompok tersebut, 19 bergerak di bidang pertanian sawah, sementara 4 lainnya fokus pada kebun. Kepala Desa Kerta Buana, I Dewa Ketut Adi Basuki, mengatakan bahwa pembentukan kelompok ini tidak hanya bertujuan memperkuat produksi, tetapi juga mempererat solidaritas petani dalam mengembangkan usaha bersama.
“Dengan berkumpul dalam kelompok, petani bisa saling tukar pengalaman, mendapatkan pelatihan, dan mengakses bantuan lebih mudah. Ini strategi kami agar pertanian lebih produktif dan modern,” ucap Dewa.
Salah satu komoditas yang kini mencuri perhatian adalah jamur tiram. Komoditas ini berkembang pesat berkat keterlibatan langsung petani dan kelompok ibu-ibu PKK. Mereka tidak hanya memproduksi, tetapi juga mengolah jamur tiram menjadi berbagai produk makanan siap konsumsi.
Kegiatan ini menurut Dewa, tidak hanya memperluas nilai ekonomi jamur tiram, tetapi juga membuka peluang usaha rumahan dan menciptakan lapangan kerja baru di tingkat keluarga.
“Jamur tiram sekarang bukan hanya produk panen, tapi sudah jadi bahan baku industri rumahan. PKK mengolahnya jadi keripik, nugget, hingga abon. Ini bukti bahwa inovasi bisa dimulai dari desa,” tambahnya.
Dewa juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah desa, kelompok tani, dan komunitas lokal lainnya. Kolaborasi yang terbangun diharapkan menjadi fondasi kuat dalam mewujudkan kedaulatan pangan desa sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat.
“Kami ingin Kerta Buana menjadi model desa agribisnis yang tidak hanya kuat di sektor hulu, tapi juga kreatif di hilir. Semua ini untuk kesejahteraan bersama,” tutupnya. (adv/distanakkukar/atr/ob1/ef)








